ASAL MULA DESA KUPEN
KUPEN diambil dari nama pendirinya yaitu Nyai KUPI, juga karena terdapat hutan kopi yang sangat luas sedangkan Kyai Kupi berada di KUPEN Grabag Kabupaten Magelang. Menurut cerita karena hutan kopi merupakan tempat yang angker/werit dan banyak begal. Untuk mengusir para begal tersebut Nyai KUPI bersama pengikutnya merasa kewalahan/tidak mampu, kemudian minta bantuan kepada Sultan Agung Mataram. Selanjutnya Sultan mengutus seorang pedekar sang Aji Panembahan Senopati, karena begal itu sakti maka sang Aji Panembahan Senopati kalah, bahkan lenyap bersama jasadnya kemudian dibuatlah semacam Monumen Tugu Sepuser yang merupakan titik nol pulau Jawa atau tengah-tengahnya pulau jawa. Dari kekalahan sang Aji Panembahan tersebut para begal semakin menjadi-jadi sehingga disebarlah para pengikut Nyai KUPI sejumlah 6 orang dan kemudian Nyai KUPI membakar hutan Kopi dengan harapan para begal pergi, setelah hutan kopi dibakar ternyata para begal tidak mau pergi, kemudian dengan berbagai cara dilakukan Nyai KUPI yaitu meminta bantuan ke Jepara (Ratu Kalinyamat). Ratu Kalinyamat mengutus Salamudin untuk membantu memerangi para begal tersebut hingga sesuai yang diharapkan Nyai KUPI dengan bantuan Simbah Salamudin para begal tersebut kalah, maka DESA KUPEN menjadi tentram, dengan selesainya mengusir para begal tersebut dan terbuatlah Monument Tugu Sepuser.
Nyai Kupi juga membuat kali 7, disebut kali 7 karena jumlahnya ada 7 yang tersebar diwilayah desa Kupen yang pembuatan menurut cerita hanya dalam waktu satu malam, 7 kali tersebut kali (blumbang) pertama di Dusun Karanglo, blumbang ke dua dan ketiga di Dusun Paingan, blumbang ke 4 di Dusun Tepungsari, blumbang ke 5 dan ke 6 di dusun Kliwonan yang disebut Kali Sekluweh karena terdapat pohon kluweh, blumbang ke 7 terletak di Dusun Tegalsari yang diberi nama Blumbang Sucen karena merupakan blumbang terakhir dan untuk sesuci. Karena sudah selesai pembuatan kali (blumbang) yang berjumlah 7 atau yang sering disebut KALI PITU konon menurut cerita para sesepuh “Sopo wonge sing seneng titrakat, sing diwiwiti kanti adus kali pitu kang diterusno dedungo neng masjid SUCEN, opo sing dadi hajate bakal di ijabahi dening Pengeran”. Namun Masjid Sucen sekarang sudah tidak berdiri lagi dan menurut cerita sesepuh, Kali Pitu dialiri melalui sungai yang berhulu dari DAM Dusun Tegalwungu yang saat ini merupakan saluran irigasi untuk para petani di Desa Kupen, dulu pengikut Nyai KUPI yang bernama Kromo Wijoyo berebut air untuk mengairi lahan persawahan dan sungai yang ada di Desa Kupen. Kemudian berkelahi dengan Kyai SANTRI dan dari sinilah keduanya sama sama meninggal. KROMO WIJOYO dimakamkan di Desa Kupen berdampingan dengan NYAI KUPI dan Kyai SANTRI di makamkan di Desa Ngropoh, dari sinilah yang sampai saat ini para petani di Desa Kupen maupun di Desa Ngropoh tetep masih berebut air untuk pengairan lahan persawahan.
Desa Kupen terbagi menjadi 8 delapan dusun, yang terdiri dari Dusun Karanglo, Dusun Paingan, Dusun Tepungsari, Dusun Kliwonan, Dusun Tegalsari, Dusun Tegalwungu dan Dusun Gunungkekep yang berketempatan monument TUGU SEPUSER yang diyakini merupakan titik nol Pulau jawa (tengah-tengahnya Pulau Jawa) dan merupakan Cagar Budaya yang terdapat di Desa Kupen Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah namun Monumen tersebut sudah dipugar dan dibangun. Berdasarkan kejadian tersebut munculah nama DESA KUPEN.